Adat Pemberian Marga Pada menantu pada Suku Tapanuli
Adat Pemberian Marga untuk Menantu pada Suku Tapanuli
Ketika seorang Batak menikah dengan pasangan yang bukan sesukunya, perempuan/lelaki yang menjadi pasangannya akan diberi marga batak sesuai dengan marga pariban (putri dari saudara laki-laki ibunya/ putra dari saudara perempuan bapaknya). Tujuan pemberian marga ini adalah untuk memperlancar adat sesuai dengan ketentuan adat Batak. Zaman yang semakin modern juga tak sedikit pun mengubah ketentuan itu.
Ternyata ketentuan—pemberian marga—ini banyak mengundang kontroversi khususnya pada kalangan mahasiswa yang menjungjung tinggi nasionalisme. Mereka memandang bahwa pemberian marga batak kepada suku lain—yang memutuskan menikah dengan orang batak—menggambarkan keegoisan dari orang batak itu sendiri. Dengan kata lain, suku batak solah-olah hanya mementingkan keberadaan sukunya tanpa menghiraukan suku lain. Dalam suatu diskusi di kalangan teman-teman mahasiswa, kesimpulan pun kunjung tak tampak.
Saya sebagai orang batak memandang bahwa pemberian marga merupakan suatu cara untuk melestarikan adat batak. Apabila orang batak menikah dengan suku lain tanpa pemberian marga batak sama saja menghilangkan adat batak yang seharusnya dilakukan setelah pemberkatan. Menghilangkan adat batak pada pernikahan orang batak dengan suku lain akan mempercepat musnahnya adat batak dan secara otomatis berkontribusi dalam memusnahkan adat-adat di Indonesia. Tentu, sebagai warga Negara Indonesia kita tak ingin hal ini terjadi.
Mungkin banyak orang menentang pemberian marga dengan alasan tak ingin menambah pengeluaran. Dimana banyak orang menganggap bahwa pemberian marga diadakan dengan acara besar juga. Sementara adat batak tidak mengharuskan—yang bukan Batak—untuk menghadiri pemberian marga pada mempelai tersebut. Selain itu, banyak orang beranggapan bahwa dengan memberikan marga Batak pada suku lain akan menghilangkan suku asli dalam sirinya. Itu salah! Sampai kapan pun suku asli dalam dirinya tak akan hilang.
Pemberian marga batak kepada suku lain sering kali mengecap batak sebagai suku yang egois. Hal ini sering terdengar ketika mahasiswa mendiskusikan pemberian marga batakpada suku lain. Sebenarnya orang Batk tidaklah egois. Itu terbukti ketika orang batak siap menikah dengan seorang dari suku di luar batak berarti siap untuk masuk ke adat pasangannya tersebut. Oleh karena kebanyakan pernikahan antar suku melangsungkan adat kedua mempelai. Apabila batak suku yang egois, orang batak tak akan siap masuk ke dalam adat pasangannya.
Sepertinya tak ada alasan kuat untuk menghilangkan adat ini. Ketentuan ini tak sedikit pun melanggar firman Tuhan yang tertera dalam Alkitab. Allah memang mencintai segala suku dan pemberian marga Batak pada suku lain sepertinya tidak menyimpang dari kodrat ini sesuai dengan penjelasan di atas. Setiap suku pasti punya aturan atau ketentuan sendiri—yang tentunya tak menyinggung suku lain. Pemberian marga Batak semata-mata ingin berkontribusi dalam mempertahankan suku-suku yang ada di indonesia.
Tidak seharusnyalah ketentuan ini mengurungkan niat suku lain yang ingin menikah dengan orang Batak. Marga hanya sebagai simbol bahwa mempelai diterima di keluarga suku batak. Suku lain pun tak dilarang melakukan ketentuan yang ada di sukunya selama itu tidak menyinggung suku pasangannya sendiri. Sudah saatnyalah kita berpikir secara positif pada ketentuan-ketentuan yang ada di suku-suku Indonesia. Dengan demikian akan semakin mempertahankan Indonesia yang kaya akan sukunya.
Komentar
Posting Komentar